Roket merupakan wahana luar angkasa, peluru kendali,
atau kendaraan terbang yang mendapatkan dorongan melalui reaksi roket
terhadap keluarnya secara cepat bahan fluida dari keluaran mesin roket.
Aksi dari keluaran dalam ruang bakar dan nozle pengembang, mampu
membuat gas mengalir dengan kecepatan hipersonik sehingga menimbulkan
dorongan reaktif yang besar untuk roket.
Pada
awal perkembangannya, roket digerakan dari hasil pembakaran bahan bakar
minyak, gas dan oksigen cair. Setelah bahan bakar roket dinyalakan,
pancaran gas yang keluar dari roket akan menimbulkan ledakan beruntun
kebawah sehingga mendorong roket ke atas dan roket dapat melaju ke
udara. Roket terbang dengan kecepatan supersonik, yaitu sekitar 300 m/s.
Bahan
bakar roket ada dua jenis yaitu bahan bakar cair dan bahan bakar padat.
Prinsip kerja dari roket berbahan bakar cair dan padat sama saja, di
mana hasil pembakaran menghasilkan gaya dorong ke atas. Tetapi roket
yang berbahan bakar padat mempunyai kelebihan yaitu mampu menyimpan
bahan bakar dengan jumlah besar untuk ruang penyimpanan yang sama,
karena bahan bakarnya telah dipadatkan. Sedangkan bahan bakar cair tidak
bisa dimampatkan.
I. Hukum Newton III
Pergerakan Roket sesuai dengan hukum Newton ke 3, yang berisi;
Apabila
sebuah benda memberikan gaya kepada benda lain, maka benda kedua
memberikan gaya kepada benda yang pertama. Kedua gaya tersebut memiliki
besar yang sama tetapi berlawanan arah.Secara matematis Hukum III Newton dapat ditulis sebagai berikut :
F A ke B = – F B ke A
F A ke B adalah gaya yang diberikan oleh benda A kepada benda B, sedangkan F B ke A
adalah gaya yang yang diberikan benda B kepada benda A. Misalnya ketika
anda menendang sebuah batu, maka gaya yang anda berikan adalah F A ke B, dan gaya ini bekerja pada batu. Gaya yang diberikan oleh batu kepada kaki anda adalah – F B ke A. Tanda
negatif menunjukkan bahwa arah gaya reaksi tersebut berlawanan dengan
gaya aksi yang anda berikan. Jika anda menggambar tanda panah yang
melambangkan interaksi kedua gaya ini, maka gaya F A ke B digambar pada batu, sedangkan gaya yang diberikan batu kepada kaki anda, – F B ke A, digambarkan pada kaki anda.
Persamaan Hukum III Newton di atas juga bisa kita tulis sebagai berikut :Faksi = -Freaksi
Hukum
warisan Newton ini dikenal dengan julukan hukum aksi-reaksi. Ada aksi
maka ada reaksi, yang besarnya sama dan berlawanan arah. Kadang-kadang
kedua gaya tersebut disebut pasangan aksi-reaksi. Ingat bahwa kedua gaya tersebut (gaya aksi-gaya reaksi) bekerja pada benda yang berbeda. Berbeda dengan Hukum I Newton dan Hukum II Newton yang menjelaskan gaya yang bekerja pada benda yang sama.
Gaya
aksi dan reaksi adalah gaya kontak yang terjadi ketika kedua benda
bersentuhan. Walaupun demikian, Hukum III Newton juga berlaku untuk gaya
tak sentuh, seperti gaya gravitasi yang menarik buah mangga kesayangan
anda. Ketika kita menjatuhkan batu, misalnya, antara bumi dan batu
saling dipercepat satu dengan lain. batu bergerak menuju ke permukaan
bumi, bumi juga bergerak menuju batu. Gaya total yang bekerja pada bumi
dan batu besarnya sama. Bumi bergerak ke arah batu yang jatuh karena
massa bumi sangat besar maka percepatan yang dialami bumi sangat kecil (Ingat hubungan antara massa dan percepatan pada persamaan hukum II Newton).
Walaupun secara makroskopis tidak tampak, tetapi bumi juga bergerak
menuju batu atau benda yang jatuh akibat gravitasi. Bumi menarik batu,
batu juga membalas gaya tarik bumi, di mana besar gaya tersebut sama
namun arahnya berlawanan.
II. Bagian-Bagian Roket
Kita tentu sering mendengar kiprah tentang penluncuran roket untuk berbagai kepentingan. Baik untuk meluncurkan satelit untuk tujuan damai maupun untuk tujuan perang.
Sekarang ini kita akan mempelajari bagian-bagian roket yang mampu menghantarkan satelit ke ruang angkasa ini.
Komponen
utama roket terdiri dari empat bagian yaitu; rangka (structure sistem),
Beban (payload system), sistem pemandu (guidance system) dan sistem
propulsi (propultion system).
1. Rangka
Rangka
atau badan roket (rocket frame) terbuat dari bahan yang ringan dan kuat
seperti titanium dan aluanium, karena rangka berfungsi sebagai
pelindung . Badan roket ini juga dilapisi dengan lapisan kusus untuk
melindungi nya dari panas yang berlebihan saat menembus atmosfir bumi
dan juga untuk melindungi dari dingin yang berlebihan. Sirip di pasang
pada bagian bawah roket untuk menjaga stabilitas selama peluncuran.
2. Sistem Beban
Sistem beban
merupakan tempat untuk membawa wahana. Jadi sistem ini tergantung pada
misi yang di emban roket. Jika untuk mengorbitkan satelit, maka
rancangannya pun harus disesuaikan. Gambar di atas merupakan sistem
beban V2 Jerman yang berisi bahan peledak.
3. Sistem Pemandu
Sistem pemandu (guidance system)
merupakan alat yang akan menuntun roket ke orbit yang di tuju. Sistem
pemandu roket ini dilengkapi dengan sensor, komputer, radar, dan alat
komonikasi.
4. Sistem Populasi
Sistem propulsi (propultion system)
adalah mesin yang digunakan sebagai tenaga pendorong rodet. Sistem
propulsi roket secara garis besar menggunakan roket berbahan bakar padat
dan roket berbahan bakar cair. sistem propulsi roket V2 terdiri dari
tangki oksidasi, pompa, bilik pembakaran dan nozel.
III. Cara Kerja Roket
Dorongan
roket dan jet merupakan penerapan yang menarik dari hukum III Newton
dan Kekekalan momentum. Roket memiliki tangki yang berisi bahan bakar
hodrogen cair dan oksigen cair. Bahan bakar tersebut dibakar dalam ruang
pembakaran sehingga menghasilkan gas lalu dibuang melalui mulut pipa
yang terletak dibelakang roket. Akibatnya terjadi perubahan momentum
pada gas selama selang waktu tertentu. Berdasarkan hukum II Newton,
perubahan momentum selama suatu selang waktu tertentu = gaya total. Jadi
bisa dikatakan bahwa terdapat gaya total pada gas yang disemburkan
roket ke belakang. Gaya total tersebut merupakan gaya aksi yang
diberikan oleh roket kepada gas, di mana arahnya ke bawah. Sebagai
tanggapan, gas memberikan gaya reaksi kepada roket, di mana besar gaya
reaksi = gaya aksi, hanya arahnya berlawanan. Gaya reaksi yang diberikan
oleh gas tersebut yang mendorong roket ke atas.
Roket
bergerak bukan karena tekanan semburan gasnya mendorong udara, karena
di luar angkasa tidak ada udara. Prinsip yang digunakan hukum kekekalan
momentum. Dengan massa gas yang disemburkan dengan kecepatan tertentu,
menyebabkan roket mendapatkan gerak majunya. Percobaan sederhananya
dilakukan dengan oleh astronot dengan sarung tangan karet (bersfungsi
sama dengan balon) yang dipasangi sedotan minuman berperang seperti
roket. Tekanan udara yang keluar dari sarung tangan karet yang semula
ditiup memberi efek dorongan. Roket bergerak karena adanya semburan
propelan. Pada roket air, semburan propelan digantikan dengan campuran
air dan udara bertekanan tertentu.
IV. Prinsip Dorongan Roket
Suatu
penerapan hukum fisika yang begitu hebat, adalah roket, yang didasari
atas hukum ketiga Newton, dan penerapan impuls dan momentum. Dengan
semua hal diatas roket dapat bergerak melawan gravitasi bumi.
Dari
hukum ketiga Newton, bahwa ketika suatu benda mengerjakan gaya pada
benda lain, maka benda yang dikerjakan gaya akan mengerjakan gaya pada
benda yang mengerjakan gaya padanya, gaya ini disebut gaya aksi-reaksi
yang besarnya sama, namun arahnya berkebalikan, dan juga impuls dan
momentum, dikatakan bahwa gaya eksterna yang bekerja pada suatu benda
atau sistem akan mengakibatkan laju perubahan momentum benda tersebut.
Dari hal tersebut kita akan menurunkan persamaan untuk gaya dorong yang
mengakibatkan roket dapat melawan gravitasi.
Asumsikan ketika t=0, roket diam sehingga massa roket ditambah massa bahan bakar adalah m, setelah ∆t, roket telah membakar sebesar ∆m bahan bakar sehingga kecepatan roket bertambah sebesar ∆v dan ∆v akan terus bertambah besar terhadap t dan gas hasil pembakaran memiliki kecepatan keluar sebesar -u konstan.
sehingga untuk roket (momentum roket)
P1=0
P2= (m-∆m)∆v
maka
F-(m-∆m)g=(m-∆m)∆v/∆t........(1)
untuk gas yang keluar dari roket dengan massa ∆m (momentum gas)
P1=0
P2=-(∆m)u
maka
-(F+(∆m)g)=-(∆m)u/∆t
F=((∆m)u/∆t)-((∆m)g)
untuk lim ∆t →0, maka ∆m→0 juga, maka suku (∆m)g bisa kita abaikan terhadap suku lainnya, sehingga persamaan diatas menjadi
F=(u)(dm/dt)........(2)
dengan dm/dt adalah laju pembakaran bahan bakar dan persamaan diatas merupakan persamaan gaya dorong roket
sekarang lihat persamaan 1
sekarang lihat persamaan 1
F-(m-∆m)g=(m-∆m)∆v/∆t
F-(m-∆m)g=(m∆v/∆t)-(∆m∆v/∆t)
untuk lim ∆t →0, maka ∆m→0 juga dan ∆v→0 juga, maka suku (∆m∆v/∆t) dan (∆m)g bisa kita abaikan terhadap suku lainnya, sehingga persamaan diatas menjadi
F-mg=(m.dv/dt)
(u)(dm/dt)-mg=(m.dv/dt)
(u)(dm/dt(m))-g=(dv/dt)
sehingga untuk mendapatkan kecepatan roket ketika t maka kita integralkan persamaan diatas dari t=o sampai t dan dari m sampai m saat t
∫(u)(dm/(m))-∫g.dt= ∫ (dv)
(u)ln(mawal/makhir)-gt=vt.....(3)
Persamaan 3 merupakan persamaan untuk kecepatan roket ketika waktu t dengan syarat V0=0 dan tawal=0
Jika kita mengasumsikan V0≠0 dan tawal≠0, maka persamaan 3 akan menjadi
(u)ln(mawal/makhir)-(gt2-gt1)=vt-v0.....(4)
Inilah persamaan umum untuk kecepatan roket dengan syarat u haruslah harga mutlak, karena saat awal kita sudah memasukkan u negatif, maka pada rumus umum, u harus harga mutlak.
(u)ln(mawal/makhir)-(gt2-gt1)=vt-v0.....(4)
Inilah persamaan umum untuk kecepatan roket dengan syarat u haruslah harga mutlak, karena saat awal kita sudah memasukkan u negatif, maka pada rumus umum, u harus harga mutlak.
Sebuah
roket mendapatkan dorongan dengan membakar bahan bakar dan membuang gas
yang terbentuk lewat belakang. Roket mengerjakan gaya pada gas buang,
dan dari hukum ketiga Newton, gas mengerjakan gaya yang sama dan
berlawanan pada roket, mendorongnya ke depan. Momentum yang hilang
karena gas yang dikeluarkan sama dengan momentum yang yang diperoleh
roket. Roket mendorong melawan gas buangannya sendiri, yang mendorong
kembali melawan roket tersebut.
Persamaan Roket :
m.dv/dt = ukeluar |dm/dt| + Feks
besaran ukeluar |dm/dt| dinamakan dorongan roket :
Fdorongan = ukeluar |dm/dt|
Ketika roket bergerak didekat permukaan bumi, gaya eksternal Feks
adalah berat roket. Dalam persamaan Roket, gaya ini negative karena
gaya ini langsung berlawanan dengan arah kecepatan, seandainya roket
bergerak ke atas. Jadi, dorongan harus lebih besar dibandingkan berat
roket jika roket harus dipercepat ke atas. Setelah kita mensubstitusi Fkeluar = -mg dan membagi dengan m, maka persamaannya menjadi :
dv/dt = -g + ukeluar/ m |dm/dt|
Untuk memecah persamaan diatas guna memperoleh kecepatan v, maka harus mengetahui kelajuan pembuangan relatif terhadap roket uex dan laju pembakaran bahan bakar roket |dm/dt|.
Pemecahan persamaan ini rumit karena m tidak konstan, tetapi merupakan
fungsi waktu. Dengan demikian persamaan di atas menjadi :
dv = -gdt - ukeluar dm/m
dengan menganggap bahwa g konstan dan mengintegrasi dari t=0 sampai t=tb ketika bahan bakar terbakar sempurna, kita dapatkan :
vf – vi = -gtb - ukeluar In mi/mf
Dalam persamaan di atas kita telah menggunakan ∫(dm/m) = In m. Dengan menggunakan –In mf/mi = In (mi/mf), kita mendapatkan :
vf – vi = + ukeluar In mi/mf -gtb
persamaan
di atas menyatakan perubahan kecepatan roket yang bergerak dalam medan
gravitasi yang konstan yang dinyatakan dalam kelajuan pembuangan, waktu
untuk membakar bahan bakar tb, dan rasio massa awal terhadap
massa akhir. Untuk roket yang bergerak dalam ruang bebas tanpa gaya
eksternal, perubahan kecepatan diberikan oleh :
vf – vi = + ukeluar In mi/mf (tanpa gaya eksternal)
massa
roket tanpa bahan bakar sama sekali dinamakan berat roket
kosong(payload). Jika berat kosong hanya 10 persen dari massa awal
total, artinya, 90 persen massa awal adalah bahan bakar, rasio mi/mf ketika bahan bakar habis adalah 10. Untuk roket yang bergerak dengan vi = 0 dan tanpa gaya eksternal, kelajuan akhir akan sama dengan :
vf = ukeluar In 10 = 2,3 ukeluar
0 komentar:
Posting Komentar